Ny. Iim Heryanti, Tenaga Pendidik SMAN 21 Garut
Seluruh siswa-siswi SMA (Sekolah Menengah Atas) di seluruh Indonesia,
Senin (15/4) besok akan berjuang mati-matian untuk menaklukan 20 paket soal UN
(Ujian Nasional).
Begitupun ribuan
pelajar di Kabupaten Garut, mereka sudah mempersiapkan diri sejak dua bulan
terakhir ini.
Kendati demikian,
mereka tetap saja mengaku cemas. Betapa tidak, soal UN tahun ini berbeda TP
(Tahun Pelajaran) sebelumnya. Dari 5 paket menjadi 20 paket.
Konon, 20 paket
soal yang diujikan memiliki tingkat kesukaran yang tinggi. Nilai UN menjadi
salah satu pemasok masuk Perguruan Tinggi tanpa tes melalui PMDK (Penelusuran
Minat dan Kemampuan) sehingga dapat memperketat seleksi calon mahasiswa baru.
Menurut Indriani,
siswi SMK (Sekolah Menengah Kejuruan) Santana 2 Cibatu,
membenarkan hal itu. Dia membayangkan, saat mengerjakan soal UN, di samping
kiri, kanan, depan dan belakang soal yang diujikannya berbeda.
“ Besok, tidak ada
lagi yang namanya bertanya pada teman atau mencontek. Artinya, semua pertanyaan
murni dikerjakan sendiri,” katanya.
Sementara itu Ny.
Iim Heryanti, tenaga pendidik SMAN 21 Garut yang berlokasi di Kec. Talegong,
menjelaskan, kecemasan para pelajar muncul akibat persepsi negatif atas
kejadian yang bakal dialaminya.
Guna mengatasinya dibutuhkan
pola berpikir optimis dalam diri para siswa dalam menghadapi UN.
Diantaranya, membangun penguatan positif dalam diri siswa.
“ Kami harus memberikan
pemahaman, bahwa UN sebagai bentuk test yang wajar dihadapi setiap siswa untuk
menentukan kelayakannya dan telah menguasai secara tuntas pembelajaran yang
telah dilakukan,” pungkasnya.
0 komentar:
Posting Komentar