.

Advertisement (468 x 60px )

Jumat, 04 November 2011

Situs Batu Pangcalikan, Media Supernatural Zaman Doeloe


Situs Batu Pangcalikan, Media  Supernatural Zaman Doeloe
GARUT, KORAN BOM
Situs Batu Pangcalikan, berada di Kampung Pangcalikan, Desa Jati, Kecamatan Tarogong Kaler, Kabupaten Garut-Jawa Barat.  Letaknya di sebuah bukit terjal dengan luas sekitar 40 tumbak. Disekitarnya tumbuh pohon-pohon besar dan kecil. Diantaranya, pohon Hantap, jambu aer leuweung, kaliage, caringin, mangga serta pohon bambu.
Situs tersebut konon termasuk peninggalan budaya megalitik. Hingga kini belum dilakukan penelitian secara khusus oleh Tim Arkeolog balai Arkeologi Bandung. Kabarnya, belum dilaporkan dan diminta untuk dilakukan penelitian.
Di lokasi tersebut terdapat sebuah batu besar berbentuk empat persegi. Panjangnya sekitar 1,5 meter, Lebar 1 meter dan tebal 0,50 cm. Ditengahnya terdapat lubang sedalam 7 cm. Dengan diameter muka 6 cm, sehingga lebih mirip dengan batu lumping peninggalan budaya yang ada di situs Pasir Lulumpang.
Dari data bukti fisik yang ada, peninggalan budaya tersebut mirip dengan situs Pasir Lulumpang. Yakni berupa bangunan Punden berundak yang di dalamnya terdapat sebuah batu lumpang. Jika disimpulkan, keduanya memiliki kesamaan fungsi dan budaya.
Batu lumpang, tempat upacara pemujaan masyarakat prasejarah. Artinya, mereka memanfaatkan batu batu besar dan bukit dalam memanifestasikan ritual pemujaan terhadap hal-hal gaib atau yang mereka anggap memiliki kekuatan supernatural. Tujuannya, agar mereka bisa terlindungi dari segala bencana, penyakit dan kesejahteraan dalam hidup.
Letaknya berada di puncak bukit dibawah pohon Hantap yang kini berusia ratusan tahun. Bukitnya itu sendiri menurut keterangan warga, dulunya merupakan sebuah bangunan Punden. Disana masih terdapat sisa-sisa undakan di sebelah Timur dan Barat.
Lalu ke-bawahnya sekitar 2 meter dari batu Lumpang terdapat dua buah makam kuno berjejer dari atas ke bawah. Konon menurut juru kunci kedua makam tersebut, tempat dikebumikannya Raden Wijaya Kusumah dan Nyimas Raden Sariningsih. Sayangnya sang juru kunci tak mengetahui kedua nama orang tersebut.
Terdapat pula dua bongkahan batu besar saling berhadapan yang berjarak sekitar 1 meter. Batu-batu itu melambangkan pintu masuk atau gerbang menuju puncak bukit, demikian disampaikan Ujang Nurdin dan Obong Koswara selaku juru kunci kedua makam tersebut. (BAMBANG FOURISTIAN/diambil dari berbagai sumber berita
Share on :

0 komentar:

Posting Komentar

 
© Copyright Koran BOM Garut 2011 - Some rights reserved | Powered by Blogger.com.
Template Design by Black Burn | Published by OiziQ Cyber