.

Advertisement (468 x 60px )

Jumat, 16 Desember 2011

APPSI Pertanyakan Pembukaan Lelang Pasar Cibatu

Yudi Setia Kurniawan

GARUT/KORAN BOM
MOLORNYA pelaksanaan proses lelang pembangunan Pasar Cibatu, Kabupaten Garut, kini menuai protes dari para pedagang dan warga setempat. Betapa tidak, tempat transaksi jual beli tersebut terombang ambing sejak pasca kebakaran sekitar 6 tahun silam, demikian disampaikan Yudi Setia Kurniawan, Sekretaris Jenderal (Sekjen) APPSI Kabupaten Garut.
Menurutnya, pihak panitia lelang lamban dalam menyikapi pasar Cibatu. Informasi yang diperoleh dari Dinas terkait, kabarnya  Bupati  telah mengintruksikan untuk segera dibuka proses lelang pembangunan pasar Cibatu.
Terkait hal tersebut, pihaknya menilai pihak panitia kurang  profesional dalam menjalankan tugas. “ Seharusnya, jika alami keterlambatan proses lelang, para panitia memberikan informasi, untuk menghindari tudingan-tudingan miring dari ratusan pedagang dan tokoh Kecamatan Cibatu,” ujar Yudi.
Para panitia lelang semestinya memikirkan kondisi pasar darurat yang kini ditempati para pedagang. Ketika musim penghujan, lokasi tersebut lebih mirip sebuah kubangan kerbau. Jika kinerja panitia lelang seperti ini, pihaknya meyakini para pelaku pasar Cibatu apatisme kepada Pemkab.
“ Sebenarnya siapa yang membuat trouble maker itu. Masyarakat atau Pemkab Garut? Coba cek lapangan, menjelang musim penghujan pasar Cibatu sangat memprihatinkan dan arus lalu lintas saban hari macet,” katanya.
Secara otomatis, jika proses lelang lambat, pembangunan pasarnya pun terhambat. Akhirnya ratusan pedagang yang jadi korban. Pihaknya  beserta warga setempat akan mempertanyakan apa yang menjadi kendalanya.
Ditemui KORAN BOM, beberapa pedagang pasar Cibatu menilai Bupati Garut tak becus menjalankan roda Pemerintahan dan tak menepati janji politiknya saat kampanye Pilkada yang menjanjikan akan segera membangun pasar Cibatu. Tapi apa kenyataannya, hingga memasuki tahun ke-3 pembangunan tersebut hanya baru sebatas wacana saja.
Ngerinya lagi, kini ditubuh birokratnya itu sendiri Nampak tidak kondusip. Bupati dan wakilnya saling mencurigai dan tak ada keterbukaan. Akhirnya, Wabup Dicky Chandra lebih memilih mundur dari jabatannya. Selain itu, Legislatif dan Eksekutif  kurang harmonis dalam menjalankan roda pemerintahan Garut.
Jika sudah demikian, sebenarnya kota dodol ini mau dibawa kemana. Apa selamanya akan terpuruk dan merupakan daerah tertinggal di wilayah Provinsi Jawa Barat? Tolong bapak-bapak pemilik kebijakan agar memperhatikan kami, tandas pedagang pasar Cibatu.-
BAMBANG FOURISTIAN

Share on :

0 komentar:

Posting Komentar

 
© Copyright Koran BOM Garut 2011 - Some rights reserved | Powered by Blogger.com.
Template Design by Black Burn | Published by OiziQ Cyber