Drs. Teddi Iskandar, M.Si
GARUT, KORAN BOM
DALAM rangka TB, TB-HIV dan
TB-MDR, Selasa (27/12) lalu, Dinas Kesehatan Kabupaten Garut bekerja sama
dengan Bagian Agkesra Setda setempat menyelenggarakan acara Sosialisasi
tersebut. Acara digelar di Resto Bukit
Alamanda Jl. Raya Samarang- Garut.
Secara resmi dibuka, Drs. Teddi
Iskandar, M.Si, Asisten Administrasi Pemerintahan dan Kesra Setda Kabupaten
Garut, Hadir dalam kesempatan itu, Ketua Komisi D DPRD, dr. Helmi Budiman,
Sekretaris Perkumpulan Pemberantasan Tuberkulosis Indonesia (PPTI) Jawa Barat,
Ir. Edi Sudomo, unsur RSU, Balai Kesehatan Paru Masyarakat (BKPM), Ikatan
Dokter Indonesia (IDI), Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI), Ikatan Bidan
Indonesia(IBI), Dinas Kesehatan, para Dokter, TP PKK, SKPD terkait, serta unsur
Kecamatan.
Menurut Teddi Iskandar, di
Indonesia saat ini penyakit TBC sudah mencapai angka 250 juta. 140.000 di
antaranya, menyebabkan kematian. Berbagai program telah dilakukan pemerintah
untuk mengupayakan pemberantasan penyakit Tuberkolosis. Akan tetapi multi
dimensinya penyebab penyakit membuat keberhasilan program pemberantasan
penyakit ini seolah-olah stagnan.
Melalui kegiatan sosialisasi
tersebut, semua pihak mengetahui berbagai program penanggulangan dan
pemberantasan penyakit Tuberkolosis serta menyadari perlunya sinergitas semua
pihak, baik pemerintah maupun masyarakat untuk bersama-sama mendukung upaya
pemberantasan penyakit.
Ir. Edi Sudomo, Sekretaris
PPTI Jawa Barat, program pemberantasan
penyakit Tuberkulosis saat ini mendapatkan kucuran dana Global Fund. Dana yang dikelola
PPTI saat ini digunakan untuk program Public Privat Mix, sebuah program yang
melibatkan semua sektor untuk secara bersama-sama memberantas TB.
Penyakit TB menurut Kepala Seksi
Pemberantasan Penyakit Dinas Kesehatan Kabupaten Garut, Asep Surahman terjadi
karena infeksi yang disebabkan oleh Mycobacterium Tuberculosis. Penularan
penyakit terjadi melalui percikan dahak, setiap satu orang penderita bisa
menularkan penyakit ke 10 sampai dengan 15 orang di sekitarnya.
Gejala yang nampak pada penderita
berupa batuk selama lebih dari 3 minggu, sesak napas, serta berkeringat di
waktu malam. Bagi yang sudah tidak mempan obat dikenal dengan istilah Multi
Drug Resistant (TB-MDR). Resistensi obat anti TB (OAT) pada dasarnya adalah
suatu fenomena buatan manusia, sebagai akibat dari pengobatan pasien TB yang
tidak adekuat dan penularan dari pasien kebal OAT.
Penyebabnya karena
penatalaksanaan pasien TB tidak sesuai standar International Standards for
Tuberculosis Care (ISTC), serta kesalahan pada Program, Petugas Kesehatan,
maupun pasien.
BAMBANG FOURISTIAN
0 komentar:
Posting Komentar