Ki Garut
Kita tidak bisa merubah
tempat dan waktu, tetapi tempat dan waktu member peluang untuk merubah kita,
demikian motto hidup sosok H. Ahmad Bajuri, Ketua Paguyuban Ki Garut, saat
ditemui, di rumahnya, Kp. Gugunungan, Kel. Margawati, Kec. Garut
Kota.
Padepokan tersebut
berdiri 17 Desember 2009 diprakarsai oleh lima Padepokan. Yakni, Padepokan Ki
Ajar Padang, Putra Garut, Tumaritis, Galudra Eka Paksi dan Dangiang Aji Satria.
Saat itu dihadiri oleh
17 orang yang sama-sama ingin mengangkat harkat martabat Garut. Mereka
terinspirasi sebuah pesan leluhur “ Hana Nguni Hana Mangke tan Hana Nguni tan
Hana Mangke “ yang artinya, adanya saat ini melainkan adanya kemarin
juga tidak ada saat ini jika tidak ada kemarin.
Kesepahaman itu kata
Ahmad Bajuri, melahirkan Padepokan Ki Garut yang tentunya milik seluruh
masyarakat kota Intan yang mencintai tanah airnya, cinta leluhurnya dan
mencintai silsilah perjalanan kehidupan sehingga berujung membawa kecintaan
kepada sang pencipta alam.
Lahirnya sebuah
Padepokan yang bergerak dibidang budaya berawal dari sebuah keprihatinan
terhadap lingkungan budaya warisan nenek moyang kita, generasi muda tak
mengetahui sejarah budayanya sehingga tak memiliki karakter “
silih asih, silih asah, silih asuh ” dan banyaknya budaya luar yang
masuk akibat kemajuan teknologi serta globalisasi.
“ Memotivasi tumbuhnya
kesenian-kesenian daerah, menumbuhkan kesadaran keamanan lingkungan, menjalin
silaturahmi dengan kerajaan, kesultanan, pemangku adat, lembaga budayawan, tokoh
masyarakat dan ulama, membangun silaturahmi dengan lembaga serta padepokan,”
pungkas H. Ahmad Bajuri yang juga selaku Ketua DPRD Garut.(**)
0 komentar:
Posting Komentar