Oleh: Bambang Fouristian
Menyusul ditetapkannya
DCS (Daftar Calon Sementara) Caleg (Calon Legislatif) oleh seluruh Parpol
(Partai Politik) peserta Pemilu (Pemilihan Umum) 2014 menuai ketidakpuasan dari
para simpatisan dan kader yang berniat mencalonkan diri sebagai wakil rakyat.
Tak hanya di kota-kota
besar, di wilayah Kab. Garut pun muncul ketidakpuasan atas kinerja tim
penjaringan Bacaleg (Bakal Calon Legislatif) dan Ketua DPC (Dewan Pimpinan
Cabang) setempat dalam menetapkan DCS.
Keduanya sama sekali
tak objektif dalam menilai/menentukannya. Bagaimana tidak, seorang pengurus
di-tingkat Kecamatan yang sudah berjuang sejak partai didirikan tak lolos atau
masuk di DCS Caleg. Sementara, wajah-wajah baru yang tak ikut membesarkan
partai bisa duduk manis dan tersenyum lega.
Mereka menilai telah
terjadi kecurangan. Unsur kedekatan atau sejumlah nominal dan berbagai macam hadiahkah
yang memudahkan terdaftar sebagai Calon Legisltaif tanpa melihat latar belakang
politiknya. Mungkin saja kepentingan dari incumbent? Wallahualam.
Seorang kader Partai
Gerindra (Gerakan Indonesia Raya) yang juga selaku Kades (kepala Desa) mengaku
kecewa dirinya tak masuk DCS Legislatif. Dari sudut pandang mana Ketua DPC
dalam menilainya?
Bukan itu saja, para
pelamar Caleg yang mempunyai jaringan massa yang berniat membesarkan partai,
seorangpun tak ada yang diloloskan. Konon menurut informasi, Bacaleg yang punya
jaringan massa tak akan diakomodir karena se-Dapil (Daerah Pemilihan) dengan
Ketua DPC.
Lalu pada nomor urut
pun menjadi polemik dan buah bibir mereka yang sudah terdaftar di calon
sementara, khususnya incumbent. Lucunya lagi, mereka berencana akan saling buka
kelemahan masing-masing selama menjadi wakil rakyat.
Jika itu benar-benar
terjadi, sungguh perbuatan yang sangat memalukan dan menggambarkan betapa
bokbrok serta lemahnya cara berpolitik mereka. Pertunjukan itu semakin
mempertebal ketidakpercayaan masyarakat terhadap Partai Politik,
0 komentar:
Posting Komentar