MENJELANG musim kemarau tiba, Kecamatan Sukawening dan Cibatu, Kabupaten Garut, menjadi langganan kekeringan. Tak heran, jika seluruh warga setempat kesulitan untuk mendapatkan air bersih serta bagi bercocok tanam.
Akibatnya, ribuan hektar lahan pertanian mereka tak bisa ditanami. Selain itu, keperluan Mandi Cuci Kakus (MCK) harus rela menggunakan air sungai/comberan yang bau dan kotor. Bahkan, untuk kebutuhan konsumsi sehari-hari terpaksa membelinya.
Demikian disampaikan Dewi Rosita (32), warga Kampung Warung, RT. 01/04, Desa Sukaluyu, Kecamatan Sukawening. Menurutnya, saban hari dia mesti membeli air galon untuk kebutuhan sehari-hari. Parahnya lagi, guna mencuci pakaian ribuan warga mesti berjalan kaki sepanjang 2 km ke situ Jaruju.
Yang lebih memprihatinkan, lahan pertanian mayoritas gak bisa ditanami karena sulitnya mendapatkan air. “ Sumur gali pun, kini sudah banyak yang kering. Kami membeli atau harus rela mengangkut air ke situ Jaruju yang jaraknya cukup jauh,” ujar Dewi Rosita.
Untuk itu, dia berharap pihak Pemerintahan segera menanggulangi semua kebutuhan warga. Sejak kepemimpinan bupati HM Aceng Fikri, wilayahnya belum mendapatkan suplai air bersih. Padahal, bupati sebelumnya melalui PDAM kerap menyuplai air bersih.
Hal serupa dialami warga Kecamatan Cibatu. Warga Desa Keresek untuk keperluan MCK menggunakan air kotor dari aliran sungai Cipacing yang notabene yang telah digunakan warga Kecamatan Sukawening.
Agus Lukman, warga Kampung Panyingkiran, RT. 03/02, Desa Keresek yang juga tokoh pemuda Kecamatan Cibatu membenarkan hal tersebut. Dirinya sangat prihatin melihat kondisi seperti itu. Betapa tidak, mereka harus rela menggunakan aliran air kotor warga Sukawening.
Dia bersama Ketua RW membuat tempat MCK musiman. Sarana alakadarnya itu digunakan ratusan warga RW. 01, 02, 11 dan RW. 12. “ Dari dini hari hingga sore hari, tempat itu digunakan ratusan warga,” tandas Agus Lukman nampak penuh rasa prihatin.
Selanjutnya, aliran air kotor itu digunakan juga ribuan warga yang tersebar di desa Cibunar, Sindangsuka dan Mekarsari. Mereka sudah tak memikirkan lagi kesehatan yang terpenting bisa melakukan MCK.
Secara terpisah Kasi Kesra Kecamatan Cibatu, H. Somantri mengatakan, keluhan warga yang tersebar di 11 Desa telah dilaporkan ke Pemkab dan meminta suplai air ke pihak PDAM Kabupaten.
Hanya saja, menurut keterangan dari wakil Dirut PDAM, saat ini kebutuhan warga belum bisa terpenuhi. Masalahnya, pihak Pemda belum mengalokasikan anggaran untuk pengiriman air bersih ke daerah-daerah rawan air khususnya Kecamatan Cibatu.
Bentuk kepedulian pihak PDAM, lanjutnya, Dirut dan wakilnya saat bulan Ramadhan yang lalu turun ke wilayahnya. “ Untuk biaya pengangkutan, selama dua bulan, kita mesti menyiapkan dana sebesar Rp. 8 juta,” kata H. Somantri.
Luas area di Desa Cibatu yang terancam seluas 2 ha, Wanakerta (3 ha), Kertajaya (4 ha), Sindangsuka (40 ha), Karyamukti (5 ha), Girimukti (4 ha), Cibunar (6 ha), Sukalilah (8 ha), Padasuka (3 ha), Mekarsari (4 ha) dan Desa Keresek seluas 3 hektar.
0 komentar:
Posting Komentar