GARUT/KORAN BOM
KETUA DPRD Kabupaten Garut, H. Ahmad Bajuri, SE, mengatakan, berbagai macam kegiatan/pementasan kreasi seni kedaerahan merupakan salah satu bentuk pelestarian dari nilai-nilai seni budaya ditengah era kemajuan teknologi/globalisasi.
“ Kemajuan Teknologi/era globalisasi, jangan dijadikan halangan, tapi mesti dijadikan jalan menempuh tujuan untuk mensejahterakan masyarakat. Betapa tidak, keterlibatan mereka sangatlah penting dan menunjang,” kata Bajuri yang sohor dipanggil Ki Garut sekaligus selaku Ketua Padepokan Ki Ajar Padang.
Menurutnya, terkadang masyarakat banyak salah menfsirkan tentang “ Budaya.” Mereka berasumsi kesenian, aksesoris dan menganggap hal yang berbau mistik. Padahal sebenarnya, budaya adalah hasil dari olah cipta, rasa, karsa yang menjadikan kebiasaan atau adat suatu daerah, karena dilakukan terus menerus dan disebut budaya oleh dekade berikutnya. Selain itu, terbentuk dari banyak unsur yang rumit, termasuk sistem agama dan politik, adat istiadat, bahasa, perkakas, pakaian, bangunan dan karya seni.
Kebudayaan sebagai mekanisme stabilisasi. Contohnya, Republik Rakyat Cina (RRC) hingga kini (62 tahun) Negara berpaham komunis tetap kokoh. Simbol Ular Naga merupakan kekuatan rakyat mereka. Bandingkan dengan Uni Soviet yang berlambakan Palu dan Arit, tahun 1991 negara ini ambruk.
Sebagai Negara maju, Inggris sejak berdiri hingga sekarang system pemerintahannya secara utuh Kerajaan. Kendati negara maju, masyarakatnya sangat kuat mempertahankan nilai-nilai budayanya. “ Lalu Indonesia, masa perjuangan kemerdekaan, hanya bersenjatakan bambu runcing. Kita dapat melawan penjajah karena budaya kebersamaannya masih utuh,” ujar Ahmad Bajuri.
Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi, tentunya mendorong globalisasi. Dimana, terhubungnya suatu era antar bangsa yang tersebar di dunia. Persinggungan antar budaya semakin intens. Budaya salah satu negara bisa terkikis habis akibat budaya luar yang masuk.
Dikatakannya, beberapa ancaman lunturnya fenomena budaya. Diantaranya, para petani hanya sedikit waktu membicarakan masalah pertanian, pendidik, pedagang dan para pejabat hanya sedikit waktu membicarakan tugas jabatannya.
Manajemen budaya pengelolaan waktunya-pun, kerap terlupakan. Artinya, kebanyakan masyarakat hanya memikirkan keberhasilan serta potensi orang lain saja. “ Dari 24 jam, berapa jam kita memikirkan potensi diri sendiri?,” katanya.
Melalui hal tersebut, kita dapat mengukur kemampuan/potensi diri agar bisa maju. Lingkungan merupakan salah satu faktor penunjangnya dengan bersilaturahmi untuk bertukar pendapat.
Potensi diri kita jika digabungkan dengan kemampuan orang lain, akan menjadi sebuah kekuatan untuk menggapai keberhasilan. “ Gabungan potensi itu, merupakan senjata ampuh menuju sukses,” terang pria yang dianugerahi empat anak ini blak-blakan.
Mengakhiri bincang-bincangnya, kepada KORAN BOM, Ketua DPRD Garut, menegaskan, strategi program Indek Pembangunan Manusia (IPM) dilihat dari persefektif budaya. Yakni, pola makan, pola istirahat, rekreasi dan hiburan serta pola pengobatan (kesehatan).
Pola belajar, pengolaan waktu, pola mendidik (pendidikan) dan pola pembangunan, perdagangan, pertanian serta pola lembaga ekonomi (infrastruktur perekonomian).
BAMBANG FOURISTIAN
0 komentar:
Posting Komentar