.

Advertisement (468 x 60px )

Selasa, 08 Mei 2012

Kesenian Tradisonal Tergerus Era Globalisasi

H. Ahmad Bajuri, SE

SENI TRADISIONAL, merupakan unsur kesenian yang menjadi bagian hidup masyarakat dalam suatu kaum/puak/suku/bangsa tertentu. Tradisional ialah aksi dan tingkah laku yang keluar alamiah karena kebutuhan dari nenek moyang yang terdahulu. Lalu, tradisi adalah bagian dari tradisional yang tak bisa dipisahkan satu sama lainnya.
Semua itu, bisa musnah tergerus/terseret perkembangan jaman akibat ketidamauan atau pedulinya masyarakat untuk mengikuti serta melestarikan (ngamumule-red) tradisi warisan buhun tersebut
Parahnya lagi, pihak pemerintah tak mau peduli akan keberadaan kesenian tradisional. Padahal, seni warisan orang terdahulu itu sangat berjasa dalam berbagai bidang. Salah satunya, menjadi alat penyebar ajaran agama Islam di negara Republik ini.
Namun tidak bagi Pemerintahan Kecamatan Malangbong. Terbukti dalam rangkaian kegiatan hari jadi Kabupaten Garut ke-199, yang dilaksanakan Jum’at-Minggu (27-29/4) lalu, gelar seni sunda buhun dan bernuansa Islami. Diantaranya, upacara adat, kawih sunda, pencak silat, singa depok, debus, calung, reog badeng dan seni jaipongan.

Hal tersebut disampaikan Rena Sudrajat, Camat setempat. Menurutnya, acara pagelaran seni tradisional Sunda bertujuan agar seluruh masyarakat tidak melupakan budaya yang kini tengah mengalami masa transisi. Antusias warga-pun menyambut positif acara pagelaran budaya sunda dan mendapat dukungan penuh dari seluruh Kepala Desa yang tersebar di Malangbong.

Dikatakan Camat Rena, untuk mengembalikan citera seni budaya sunda tentu saja tak lepas dari dukungan Pemerintah Kabupaten (Pemkab) berupa alokasi anggaran. Di wilayahnya, telah tersedia sebuah bangunan dan alat-alat seni penunjangnya.

Pihak Dinas Pariwisata dan Budaya (Disparbud) hanya tinggal melakukan penyempurnaan sarana dan prasarana untuk keperluan seni sunda. “ Kami bersyukur, pagelaran seni budaya mendapat respon positif dari semua pihak,” ujar Camat Malangbong menambahkan, diakhir rangkaian kegiatan, digelar acara siraman rohani (tablig akbar) menampilkan ulama kondang KH. Jujun.
Agar seni buhun tetap melekat dan mengakar dihati seluruh masyarakat, pihaknya berencana tahun depan menyelenggarakan se-wilayah Garut Utara. “ Insya Allah, untuk tahun depan kami akan mengelar acara budaya tradisional se Garut Utara,” tandas Camat Malangbong terang-terangan.

Sementara Ketua DPRD Garut, H. Ahmad Bajuri, SE, mengatakan, terkadang masyarakat banyak salah menfsirkan tentang “ Budaya.” Mereka berasumsi seni dan menganggap hal yang berbau mistik. Padahal sebenarnya, kebiasaan atau adat suatu daerah, agar menjadi kebudayaan. Selain itu, evaluasi/intropeksi  agar potensi diri sendiri bisa tergali
Manajemen budaya pengelolaan waktunya-pun, kerap terlupakan. Artinya, kebanyakan masyarakat hanya memikirkan keberhasilan serta potensi orang lain saja.  Dari 24 jam, berapa jam kita memikirkan potensi diri sendiri? Kata Bajuri.
Melalui hal tersebut, kita dapat mengukur kemampuan/potensi diri agar bisa maju. Lingkungan merupakan salah satu faktor penunjangnya dengan bersilaturahmi untuk bertukar pendapat. BANG F  
Share on :

0 komentar:

Posting Komentar

 
© Copyright Koran BOM Garut 2011 - Some rights reserved | Powered by Blogger.com.
Template Design by Black Burn | Published by OiziQ Cyber